Tuesday, October 22, 2013
SUBSCRIBE

AISHITERU HINATA chap 4

AISHITERU HINATA

Disclaimer : NARUTO milik Masashi Kishimoto
Author : Marvelous-chan
Genre : Romance & Hurt/Comfort
Pair : Naruto Hinata

Summary : Perang Dunia Ninja telah berakhir, setelah
kembali ke desa Konoha, Naruto akan segera diangkat
jadi Hokage dan kini telah bertunangan dengan Sakura.
Tapi suatu kejadian mengubah segalanya, karena sebuah
ramuan Naruto menjadi tergila-gila pada Hinata.
Bagaimanakah Hinata mengatasinya?

Chapter 4 – Hadiah


Hari-hari dilewati seperti biasa oleh Hinata. Namun
yang sedikit berbeda adalah setiap malam Naruto datang
ke rumah Hinata dan tidur bersama sambil berpelukan.
Sebenarnya Hinata sedikit risih akan hal ini tapi entah
kenapa dia tak bisa menolak kehangatan yang diberikan
Naruto. Walaupun mereka berdua tidur di satu ranjang
tapi Naruto tidak berani berbuat yang macam-macam
pada Hinata. Karena Naruto sudah berjanji terlebih lagi
ada Sasuke yang selalu mengawasi mereka.
Namun hari ini sampai seminggu ke depan, Naruto
diberikan misi oleh Tsunade di desa Kusagakure. Naruto
sebenarnya enggan pergi karena nantinya tak bisa
bertemu Hinata. Tapi karena ini misi, jadi terpaksa dia
harus pergi. Sementara dalam waktu seminggu ini akan
Hinata manfaatkan untuk membuat penawar ramuan
kasih sayang. Dia meneliti bahan-bahan yang bisa
dibuat penawar setelah menganalisa formula ramuan
kasih sayang itu. Dalam pembuatan penawar itu juga
Sasuke ikut membantu dan mengawasi Hinata. Akhirnya
dalam waktu seminggu penawar itu telah selesai.
"Fuh, akhirnya penawar ini selesai", ujar Hinata sambil
mengelap keringat.
"Kau sudah berusaha keras Hina-chan, beristirahatlah
dulu", ujar Sasuke.
"Ya, tinggal diberikan pada Naruto-kun dan semua akan
menjadi seperti semula.", ujar Hinata sambil tersenyum
pahit.
"Kau yakin takkkan apa-apa Hina-chan? Aku tak bisa
membayangkan reaksi Dobe setelah mengingat kejadian
yang dialaminya bersamamu", ujar Sasuke cemas.
"Aku sudah memperhitungkan hal itu, makanya aku
minta bantuan Sasuke-nii untuk menemani Naruto
sesudah dia normal kembali.", ujar Hinata.
"Baiklah, sebaiknya kita tidur, ini sudah larut malam",
ujar Sasuke.
"Ya", ujar Hinata.
"Naruto-kun besok adalah hari terakhirmu
mencintaiku...", batin Hinata.
Besoknya, Naruto kembali ke desa Konoha di sore hari.
Misi itu lumayan berat tapi Naruto berhasil
menyelesaikannya dengan baik. Setelah melapor pada
Hokage, Naruto segera ke apartemennya. Dia segera
mandi untuk membersihkan dan menyegarkan diri. Tapi
ketika dia keluar dari kamar mandi dengan handuk
melingkar di pinggangnya, alangkah kagetnya dia
melihat Hinata sedang duduk di kasurnya.
"Hi-Hina-chan! Apa yang kau lakukan disini?", tanya
Naruto kaget.
"Apa salah jika kekasihmu mengunjungi apartemenmu?",
tanya Hinata.
"Oh bukan begitu, tunggu sebentar aku pakai baju dulu",
ujar Naruto lalu mengambil bajunya dari lemari dan
memakainya di dalam kamar mandi. Setelah selesai
memakai baju, Naruto segera keluar dari kamar mandi.
"Kenapa malu-malu gitu? Pakai handuk tadi juga ngak
apa-apa kok, ayo duduk sini", ujar Hinata menggoda
lalu mengisyaratkan Naruto agar duduk di sampingnya.
Naruto heran dan meneguk ludahnya melihat penampilan
Hinata sekarang ini. Hinata Cuma menggunakan gaun
tidur yang tipis dan seksi sehingga dadanya menonjol
dengan seksi. Naruto langsung berpikiran mesum dan
segera menerjang Hinata di tempat tidur.
"Jangan terburu-buru dong Naruto-kun, kita main
pelan-pelan", ujar Hinata.
"Hina-chan, aku sudah tak tahan lagi", ujar Naruto lalu
mereka berdua memulai dengan ciuman panas diatas
ranjang. Naruto pun mulai menelesuri setiap lekuk tubuh
Hinata. Sementara Hinata Cuma mendesah-desah. Tapi
ketika Naruto mulai membuka celananya, Hinata segera
menahannya.
"Tunggu dulu Naruto-kun, aku belum siap untuk itu",
ujar Hinata.
"Ta-tapi Hina-chan, aku sudah ngak tahan lagi nih...",
ujar Naruto.
"Kau kan janji padaku takkan berbuat macam-macam,
maka kumohon kali ini aku belum bisa, aku belum siap
untuk itu", ujar Hinata.
"Ba-baiklah, aku mengerti sayang", ujar Naruto lalu
merapikan kembali celananya. Hinata pun merapikan
gaunnya yang kusut karena adegan panas barusan.
"Ini adalah hadiah pertama dariku karena kau telah
menyelesaikan misi dan kembali dengan selamat.
Sekarang akan kuberikan hadiah kedua", ujar Hinata.
"Apa itu Hina-chan?", tanya Naruto penasaran.
"Tunggulah disini, aku segera kembali, saat kupanggil
kau segera ke ruang makan ya..", ujar Hinata lalu ke
dapur apartemen Naruto.
Setengah jam kemudian, Hinata memanggil Naruto.
"Naruto-kun sayang! Ayo sini!", panggil Hinata.
"Aku datang sayang!", ujar Naruto lalu bergegas ke
ruang makan.
"Ini adalah hadiah keduaku!", ujar Hinata.
Naruto kaget melihat apa yang ada di meja makan. Meja
telah ditata dengan taplak yang indah dan dihias dengan
bagus. Lalu sudah terhidang makanan-makanan enak di
atas meja. Ditambah dengan lilin yang berada di tengah
meja.
"Candle light dinner untuk kita berdua", ujar Hinata.
"Astaga sayang, ini sangat indah! Aku tambah
mencintaimu!", ujar Naruto lalu memeluk Hinata.
"Ayo kita segera makan!", ujar Hinata. Naruto pun
melepaskan pelukannya dan mereka segera duduk
berhadapan.
Mereka berdua menikmati makanan dengan ceria. Mereka
makan sambil ngobrol dan bercanda. Di sela makan
Hinata bertanya pada Naruto.
"Apa Naruto-kun suka dengan makanan ini?", tanya
Hinata.
"Tentu saja! ini sangat enak. Pasti kau yang
memasaknya kan?", tanya Naruto.
"Begitulah, aku senang Naruto-kun menikmatinya", ujar
Hinata sambil tersenyum.
"Aku juga senang sekali hari ini. Banyak hadiah yang
kudapat dari gadis tercintaku ini", ujar Naruto sambil
nyengir.
"Naruto-kun apa kau benar-benar mencintaiku?", tanya
Hinata.
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Tentu saja aku sangat
mencintaimu!", ujar Naruto.
"Hmm, Arigatou..", ujar Hinata sambil tersenyum pahit.
Setelah selesai makan, Hinata segera membereskan
piring dan membawanya ke dapur. Lalu kembali duduk
bersama Naruto di meja makan.
"Naruto-kun ada lagi satu hadiah yang ingin kuberikan
padamu, dan ini yang terakhir..", ujar Hinata.
"Apa itu Hina-chan?", tanya Naruto dengan penasaran.
Naruto mulai berpikir tentang tempat tidur lagi.
"Tunggu sebentar, kuambil dulu ya!", ujar Hinata lalu
menuju ke dapur.
"Baiklah...", ujar Naruto sedikit kecewa karena
harapannya tentang tempat tidur tak terwujud.
Tak lama kemudian, Hinata membawa segelas minuman
berwarna merah seperti jus stroberi.
"Minumlah ini Naruto-kun, ini adalah minuman spesial
yang dibuatku untuk Naruto-kun", ujar Hinata lalu
menyodorkan gelas itu pada Naruto.
"Baiklah, sayang..", ujar Naruto lalu mengambil gelas itu
dan segera meminumnya sampai habis.
"Bagaimana? Enak, Naruto-kun?", tanya Hinata.
"Enak sekali sayang! Ini jus paling enak yang pernah
kuminum!", ujar Naruto lalu mengacungkan jempolnya.
Tapi tiba-tiba kepala Naruto mulai merasa pusing.
Naruto memegangi kepalanya sambil merintih kesakitan.
"Ukh..kepalaku pusing sekali...", rintih Naruto.
"Sebaiknya Naruto-kun beristirahat dulu di kamar", ujar
Hinata lalu mengantar Naruto ke kamarnya dan
membaringkan Naruto di kasurnya.
Tak lama kemudian Naruto kehilangan kesadarannya.
"Selamat tinggal Naruto-kun...Aku senang walaupun
Cuma sebentar kau bisa mencintaiku dan kita bisa
menghabiskan waktu bersama...", gumam Hinata lalu
mulai menitikkan air matanya.
Tak lama kemudian, Sasuke muncul dan segera menemui
Hinata di kamar Naruto.
"Bagaimana, berjalan dengan baik?", tanya Sasuke.
"Ya, sekarang giliran Sasuke-nii untuk menemani
Naruto-kun setelah dia bangun nanti. Aku pergi dulu",
ujar Hinata lalu keluar dari rumah Naruto.
Sasuke Cuma terdiam dan memandang Hinata dengan
pandangan nanar.
2 jam kemudian, Naruto mulai sadar dari pingsannya.
Naruto membuka matanya perlahan dan melihat Sasuke
sedang duduk di tepi kasurnya.
"Lho Teme, sedang apa kau disini?", tanya Naruto heran.
"Dobe, kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?", tanya
Sasuke.
"Ng, kepalaku sedikit pusing tapi...", ujar Naruto lalu
tiba-tiba dia kembali teringat kejadian-kejadian yang
dialaminya bersama Hinata.
Naruto kemudian berteriak-teriak histeris seperti orang
gila dan mengamuk-ngamuk. Untuk Sasuke ada disitu
dan menahannya. Karena Naruto sudah sulit
dikendalikan, maka Sasuke menggunakan jurusnya untuk
membuat Naruto tertidur lagi.
Sementara itu Hinata sedang duduk di bangku taman.
Tapi sekarang sedang hujan deras. Hinata sedikit
menggigil kedinginan tapi tidak peduli dan terus duduk
di bangku itu.
"Naruto-kun maafkan aku...maaf...", gumam Hinata.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Hinata.
"Hinata sedang apa kau disini?", tanya orang itu.
"Ki-Kiba-kun?", ujar Hinata kaget.
"Kau bisa sakit nanti, ayo kuantar kau pulang!", ujar
Kiba.
Kiba dan Hinata mulai meninggalkan taman itu dan
menuju ke rumah Hinata dengan ditutupi oleh payung
Kiba.
"Kenapa kau bisa sendirian di taman pada saat hujan
deras seperti ini?", tanya Kiba.
"Ah ti-tidak apa-apa kok, Kiba-kun. Aku Cuma sedang
banyak pikiran", ujar Hinata pelan.
"Apa karena masalah Naruto?", tanya Kiba.
"..."
Kini mereka telah sampai di depan rumah Hinata. Kiba
pun bersiap untuk pergi.
"Segera ganti bajumu dan istirahatlah. Jangan terus
memikirkan masalah Naruto, rilekslah sedikit. Aku pergi
dulu ya!", ujar Kiba.
"Baiklah. Arigatou, Kiba-kun..", ujar Hinata.
Hinata kemudian masuk ke rumahnya dan segera menuju
kamarnya. Hinata membaringkan diri di kasurnya dan
mulai menangis lagi. Tak lama kemudian dia tertidur.
Besok paginya, Hinata terbangun dan mendapati Sasuke
sudah ada di dapurnya dan sedang memasak.
"Ohayo, Sasuke-nii!", sapa Hinata.
"Ohayo, Hina-chan, bagaimana kau baik-baik saja?",
tanya Sasuke sedikit cemas.
"Aku baik kok. Bagaimana dengan Naruto-kun?", tanya
Hinata.
"Seperti perkiraanmu, dia langsung seperti orang
kesetanan dan ngamuk-ngamuk. Setelah dia mengingat
kejadian-kejadian yang dialaminya bersamamu. Dia
merasa bersalah pada Sakura karena merasa telah
mengkhianati cintanya.", ujar Sasuke.
"A-aku akan segera minta maaf padanya..", ujar Hinata.
"Kenapa kau harus minta maaf? Itulah kebodohannya
sendiri karena telah sembarangan meminum ramuan itu",
ujar Sasuke.
"Ta-tapi, jika aku tak meletakkannya sembarangan, pasti
hal ini takkan terjadi. Jadi ini juga salahku..", ujar
Hinata.
"Kau ini memang terlalu baik ya imoutou-ku..Ya sudah,
lakukan sesukamu", ujar Sasuke.
"Arigatou, Sasuke-nii", ujar Hinata.
Hinata kemudian memasak bersama Sasuke. Hinata juga
membuat lebih untuk diberikan kepada Naruto. Karena
Hinata tahu Naruto suka ramen, maka dia membuat
ramen pagi ini. Setelah ramen itu telah jadi, Hinata
segera meletakkannya di tempat makanan untuk
diberikan pada Naruto. Setelah semua siap, Hinata
bersiap untuk mengantarkannya pada Naruto.
"Sasuke-nii aku pergi dulu ya!", ujar Hinata.
"Ya! Hati-hati di jalan!", ujar Sasuke.
Hinata bergegas ke apartemen Naruto. Setelah sampai di
depan pintu apartemen Naruto, Hinata segera mengetuk
pintu.
Tok...Tok...Tok...
"Aduh, siapa sih lagi yang datang pagi-pagi begini..",
ujar Naruto ketus.
Naruto segera bangkit dari kasurnya dan menuju pintu
untuk membukanya. Dia pun kaget melihat Hinata
setelah membukakan pintu.
"Ohayo, Naruto-kun!", sapa Hinata sambil tersenyum.
"Mau apa kau kesini?", tanya Naruto sinis. Matanya
memandang tajam Hinata.
"A-aku ingin memberikan ini pada Naruto-kun. Ini ramen
spesial kesukaan Naruto-kun", ujar Hinata lalu
menyodorkan ramen itu pada Naruto.
BRAKK...
Ramen itu dibanting dengan kasar oleh Naruto ke lantai.
Kuahnya berceceran di lantai. Hinata terkejut melihat hal
itu.
"Aku tak butuh itu! Aku membencimu sialan!", teriak
Naruto geram.
"Na-Naruto-kun...", ujar Hinata lirih matanya mulai
berkaca-kaca.
"Karena ramuan bodohmu itu, aku telah mengkhianati
Sakura-chan walaupun untungnya dia tak tahu. Pergi
dari sini! Aku tak mau melihatmu lagi!", ujar Naruto
geram.
Hinata segera berlari dari rumah Naruto sambil
berlinangan air mata. Hatinya terasa sakit mendengar
perkataan Naruto barusan. Dia hendak minta maaf tapi
Naruto malah mengusirnya dengan kasar. Hinata segera
kembali ke rumah dan menuju kasurnya dan menangis
terisak-isak. Sasuke Cuma terdiam dan memandang
sedih pada Hinata.
"Si Dobe benar-benar keterlaluan! Akan kuberi dia
pelajaran!", gumam Sasuke geram sambil mengepalkan
tangannya.
Sementara di rumah Naruto, Naruto sedang duduk di
kasurnya dengan pikiran yang berkecamuk.
"Kenapa setelah aku membentak Hinata, aku merasa
sangat bersalah ya?", gumam Naruto.
"Tidak, dia yang telah membuatku mengkhianati Sakura-
chan. Aku sangat membencinya! Aku Cuma cinta pada
Sakura-chan!", ujar Naruto lagi.
Tiba-tiba ada suara lain di pikiran Naruto.
"Apa benar begitu?", tanya suara itu.
"Tentu saja! Aku tak meragukan hal itu!", ujar Naruto.
"Tapi apa kau tak merasa ada yang hilang dari dirimu?",
tanya suara itu lagi.
"Yeah, setelah dipikir-pikir saat dulu aku bersama
Hinata, aku merasakan kehangatan yang tidak pernah
kudapat selama bersama Sakura-chan.", ujar Naruto.
"Ya dan kehangatan itu Cuma bisa diberikan Hinata
hanya untukmu seorang. Kau merasa begitu karena
sebenarnya kau ada perasaan padanya" , ujar Suara itu
lagi.
"Tidak, aku memang merasa sangat hangat jika bersama
Hinata. Tapi aku Cuma cinta Sakura-chan! Aku tak
mencintai gadis lain!", ujar Naruto.
"Kau hanya belum bisa menemukan perasaan yang
sebenarnya di dalam hatimu..", ujar suara itu lagi.
"Pokoknya aku mencintai Sakura-chan dan membenci
Hinata titik!", ujar Naruto.
Jika dilihat percakapan tadi, Naruto seperti orang gila
yang berbicara sendiri.
Besoknya, Hinata tidak masuk kerja karena masih
dilanda kesedihan dan merasa kurang fit. Maka Sasuke
memutuskan ke rumah sakit untuk meminta ijin.
Sesampainya di rumah sakit, dia bertemu dengan Sakura
di koridor rumah sakit.
"Ohayo Sakura!", sapa Sasuke sambil senyum.
"Ohayo", ujar Sakura datar.
"Ng, Sakura bisa kita bicara sebentar? Tapi jangan
disini", ujar Sasuke.
"Baiklah, tapi Cuma sebentar ya, karena banyak
pekerjaan yang ingin kulakukan", ujar Sakura.
"Baiklah kita bicara di ruanganmu saja ya?", ujar Sasuke.
"Baiklah", ujar Sakura lalu mereka berdua segera menuju
ruang kerja Sakura.
Mereka berdua akhirnya sampai di dalam ruangan
Sakura.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?", tanya Sakura.
"Sakura..aku mencintaimu", ujar Sasuke.
"Eh? Kau bercanda lagi bukan?", ujar Sakura.
"Tidak aku serius! Aku sungguh mencintaimu! Maaf jika
aku pernah menyakitimu berulang kali. Tapi kali ini aku
sungguh-sungguh. Aku ingin bersama wanita yang
mencintaiku selama ini. Tolong maafkan aku Sakura",
ujar Sasuke sambil berlutut.
"Sasuke-kun...", ujar Sakura sambil memandang Sasuke
dengan tatapan tak percaya.
"Aku sungguh-sungguh cinta padamu Sakura. Masih
adakah kesempatan untukku bersamamu?", tanya
Sasuke.
"Ta-tapi kau tahu, aku sekarang telah bertunangan
dengan Naruto."ujar Sakura.
"Aku tak peduli! Kalau perlu akan kurebut kau darinya!
Yang penting aku bisa bersamamu!", ujar Sasuke.
"Sasuke-kun, aishiteru yo!", ujar Sakura kemudian
memeluk Sasuke lalu mulai menangis.
"Aku senang mendengar itu Sakura. Sakura-chan
aishiteru...", ujar Sasuke sambil mengelus-elus rambut
Sakura.
"Aku sungguh tak menyangka hal ini. Sebenarnya aku
juga masih memendam rasa pada Sasuke-kun. Arigatou
Sasuke-kun!", ujar Sakura.
"Aku yang berterima kasih padamu karena telah
menungguku sangat lama", ujar Sasuke.
Tiba-tiba pintu ruangan Sakura dibuka...
SREGG...
"Sakura-chan!..."
"Na-NARUTO!", ujar Sakura dan Sasuke kaget.

To Be Continued...